Pacaran yang ideal itu selalu bahagia setiap hari? Tentu saja tidak. Pacaran bukan hanya melulu soal kencan, malam mingguan, atau terus jalan-jalan hingga hubungannya pun jalani aja. Ups. Sayangnya sebagian orang yang pacaran menganggap keromantisan yang didapat setiap hari merupakan relationship goals. Padahal pacaran tidak menjamin hal itu, bukan? Bahkan, orang-orang yang sudah menikah pun belum tentu bahagia setiap saat, pasti akan menghadapi masalah dan perasaan-perasaan buruk lainnya. Hati-hati dengan ekspektasi bahwa pacaran hanya berisi kasmaran dan bahagia saja.
Audian Laili, melalui tulisannya, mencoba membahas hubungan yang wajar dalam pacaran, termasuk mengenai keuangan. Pasangan yang baru pacaran juga tidak ada salahnya untuk terbuka soal keuangan supaya satu sama lain dapat dengan mudah mengutarakan keinginan manajemen keuangan atau saling mengingatkan mengelola keuangan dengan baik. Namun, akan menjadi red flag apabila pasangan mengambil semua pendapatan untuk dikelola sendiri. Hal ini bisa menjadi kekerasan ekonomi karena hak untuk mengelola uang sendiri diambil alih begitu saja oleh pasangan.
Perempuan tak pernah salah jika menginginkan pasangan yang kaya, tetapi perempuan juga harus berani untuk tidak selalu bergantung kepada pasangan. Perempuan juga tidak ada salahnya apabila menolak makan di pinggir jalan dengan alasan kenyamanan dan kebersihan. Mereka bukan perempuan matre, tetapi perempuan yang mengutamakan kebutuhannya mengenai kenyamanannya selama makan. Lagi pula, apabila mengajak makan di pinggir jalan dengan alasan lebih murah, mengapa tidak masak di rumah saja?
Asumsi mengenai melupakan setelah putus cinta pun dibahas dengan perspektif bahwa seharusnya perempuan menyelesaikan masalahnya, bukan hanya melupakan, apalagi menghukum diri sendiri. Kenangan tentu takkan bisa hilang begitu saja dari ingatan, yang perlu dilakukan pun bukan melupakannya, tetapi berdamai dan menerima semua kenangan dan menerima emosi ketika kenangan itu teringat secara sadar dan ikhlas. Jika masih merasa sedih dan ingin menangis saat mengingat kenangan itu, jangan pernah menyangkal emosinya, bersedihlah dan menangislah, kemudian berikan afirmasi positif kepada diri sendiri, bukan malah terus terpuruk.
Penulis juga membahas mengenai asumsi-asumsi pernikahan yang kerap dihadapi perempuan yang menyebabkan overthinking dan stres. Tak ada salahnya jika menikah dengan pesta yang mewah ataupun sederhana. Pernikahan yang mewah dan sederhana adalah pilihan pengantin dan keluarganya. Mewah dan sederhana tidak ada salahnya apabila momen sakralnya tetap terjaga, bukan?
Para pembaca diajak untuk membuka pikiran bahwa menikah bukan satu-satunya cara untuk bahagia selamanya. Memutuskan menikah berarti siap dengan segala permasalahan baru di dalamnya, baik masalah ekonomi, keluarga, hingga keputusan untuk memiliki anak atau tidak. Jadi, ketika kamu lelah kuliah, skripsian, atau kerja, yakin mau menyerah dan memilih menikah saja?
Customized landing page features. Organize your top links, showcase your content, and track clicks—all from a single shareable link.