Konsumsi Cabai Besar di Indonesia pada tahun 2022 bisa mencapai 636,56 ton per tahunnya. Jumlah konsumsi cabai di Indonesia naik dari 2020 maupun 2021 menunjukkan keberadaan komoditas cabai penting dalam perekonomian bangsa.
Akan tetapi, meski konsumsi cabai besar di Indonesia tinggi, namun produksi cabai besar di Indonesia lebih tinggi dari kebutuhan yaitu pada tahun 2022 mencapai 1,48 juta ton. Dengan tingginya penawaran dibandingkan permintaan cabai berdasarkan hukum ekonomi supply-demand bahwa harga cabai akan mengalami terkoreksi hingga mencapai titik terrendah.
Positifnya adalah daya beli masyarakat atas cabai akan meningkat, namun negatifnya adalah pendapatan para petani cabai mengalami penurunan hingga mencapai kerugian. Bahkan karena penawarannya yang lebih tinggi dari permintaan akan ada kemungkinan beberapa hasil panen yang tidak terjual.
Syukur-syukur jika komoditas cabai tersebut dapat diekspor sehingga hasil produksi cabai dapat terjual habis, tapi kalo tidak sudah dijual murah susah lagi jual ke masyarakat karena akan ada persaingan usaha.
Cabai sama seperti halnya dengan komoditas pangan lainnya yaitu memiliki umur simpan. Jika umur simpan cabai terlewati maka mencapai fase yang dinamakan kadaluwarsa. Kadaluwarsa seringkali disebut dengan pembusukan. Pembusukan itu ditandai adanya bau dan rasanya yang tidak enak, ada jamur yang tumbuh dan lain-lain.
Apa yang terjadi jika masih ngotot mengonsumsi cabai busuk, efeknya bisa jadi akan menimbulkan beberapa penyakit pencernaan dan yang paling umum ditandai diare.
Umur simpan cabai jika dioptimalkan bisa mencapai 3 bulan. Itu ditempatkan freezer dengan suhu dan rH yang dikontrol. Sehingga jika cabai Indonesia yang diproduksi lebih banyak ketimbang konsumsinya jika melewati masa usia cabai akan berakhir kerugian pada petani. Petani sedang dalam dilema akan usaha cabainya.
Cabai merupakan salah produk hortikultura, dengan kata lain kesegaran terhadap cabai menjadi acuan dari kualitas atau tidaknya cabai. Kesearan cabai ini disebabkan tingginya kadar air pada produk. Menurut (Mikasari,2016), Kadar air pada cabai bisa mencapai 60-85%. Dan Kadar air merupakan penyebab mudah rusaknya cabai. Rusaknya cabai yang disebabkan oleh tingginya kadar air menyebabkan umur simpan pendek dan berakhir pembusukan.
Alasan kadar air yang tinggi bisa menyebabkan produk cabai mudah rusak dan umur simpan pendek adalah jamur dan bakteri. Jamur dan bakteri sudah menjadi rahasia umum kalo menjadi patoen atau penyakit yang membuat sebuah produk pangan menjadi rusak. Jamur dan bakteri ini senang hidup di tempat yang lembap. Sehingga produk cabai yang kadar air tinggi berbanding lurus dengan kondisi lembap yang cocok untuk hidupnya bakteri dan jamur.
Pendinginan dan pembekuan sudah terbukti ampuh memperpanjang umur cabai, namun hal ini hanya memperlambat pembusukan tapi kadar air yang tinggi masih bisa membuat subur jamur dan bakteri secara perlahan.
Petani dilema dengan permintaan yang lebih rendah dari penawaran cabai yang disediakan. Dan juga umur cabai ini tidak bertahan lama dan yang memperlambat adalah proses pendinginan dan pembekuan yang mengeluarkan biaya yang tak sedikit. Hal ini tak sebanding dengan nilai jual didapatkan dari produk cabai ini.
Pengeringan atau penghilangan kadar air atas cabai menjadi cara tempuh termuda dan termurah yang didapatkan oleh petani. Akan tetapi, cabai merupakan produk hortikultura yang kesegarannya menjadi tolak ukur kualitas jual produknya.
Bubuk cabai menjadi solusi dari berbagai masalah. Bubuk cabai akan mengalami proses pengeringan yang bisa meningkatkan umur simpan hingga mencapai 3-4 tahun lamanya. Selain itu, bubuk cabai memberikan nilai tambah yang bisa meningkatkan harga jual dipasaran. Hal ini bisa membuat petani lebih makmur.
Semoga bermanfaat
Customized landing page features. Organize your top links, showcase your content, and track clicks—all from a single shareable link.