Starlink adalah sebuah proyek satelit yang diprakarsai oleh perusahaan Elon Musk, atau lebih dikenal dengan nama SpaceX. Tujuan diciptakannya tentu untuk mempermudah mengirim sinyal di seluruh dunia.
Satelit ini berbasis Low Earth Orbit (LEO) yang bisa memberikan akses internet cepat dan luas. Sehingga memungkinkan untuk memberikan koneksi internet yang stabil di wilayah-wilayah terpencil.
Walau demikian, harga yang dibandrol relatif murah, hal itu bisa terjadi karena jaringan satelitnya rendah jadi biaya operasional yang dibutuhkan juga sedikit. Dan berkat jaringan (LEO), Starlink mampu meminimalisir waktu tempuh sinyal.
Berbeda dengan satelit jadul yang berjarak sangat jauh dan memiliki keterbatasan bandwidth. Starlink justru sebaliknya, dan jumlah satelit yang digunakan juga memungkinkan bandwidth nya jauh lebih besar kepada setiap pengguna.
Sebagai informasi, Starlink sudah ada di Indonesia sejak tahun 2022 lalu. Tapi belum digunakan secara luas, jaringannya untuk keperluan bisnis (B2B) saja. Tapi rencana untuk perluasan jaringan secara massal berhembus usai pertemuan Elon Musk dan Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan.
Melalui laman Instagram pribadinya Luhut sampaikan "Dia (Elon Musk) ingin Starlink bisa digunakan di rural area, dan Menteri Kesehatan juga ikut bersama saya dan melihat banyak desa-desa yang tidak bisa dijangkau oleh internet ".
Langkah yang diambil ini sangat pas untuk meratakan jaringan internet di daerah yang tertinggal, kemudian Luhut beberkan bahwa CEO SpaceX akan datang ke Tanah Air pada Oktober 2023 mendatang untuk penandatanganan kesepakatan.
Disamping urgensi Starlink atas kemajuan internet di Indonesia khususnya di wilayah timur, telah mengundang rasa khawatir baru bagi perusahaan telekomunikasi yang telah lama melayani masyarakat Indonesia.
CEO XL Axiata mengeluarkan kritiknya pada pemerintah dalam acara Detikcom Leaders Forum " Wah itu udah masuk ke sini dan kemudian tidak mendapatkan level playing field yang sama bisa dibabat habis,".
Dia berharap agar pemerintah memperhatikan bisnis operator tetap eksis karena hal itu sulit, ditambah lagi sekarang level flying field tidak seimbang. Perusahaan telekomunikasi pinta agar pemerintah menyediakan flying field yang setara kepada semua pemain.
Sementara PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk. (ISAT) yang disampaikan oleh wakil presidennya bahwa mereka sedang fokus untuk memperluas dan mengembangkan pengalaman pengguna provider nya di Indonesia.
Kedua operator seluler ini menganggap bahwa Starlink bukan ide yang terlalu bagus. Jika dilihat dari pernyataan nya tampak opini yang tidak ingin bekerjasama, dan menganggap Starlink sebagai ancaman baru untuk keberlangsungan bisnis mereka.
Namun, beberapa pemilik bisnis telekomunikasi lain justru melihat ini sebagai peluang baru. Salah satunya PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) yang selalu ingin membuka peluang kerja sama selagi potensinya bagus.
Sementara Telkomsat telah lebih dulu menjalin kerjasama dengan Starlink. Jadi pemilik bisnis telekomunikasi tidak serta merta dibuat mati oleh usulan dan keinginan Elon Musk ini, setiap kesempatan diberikan kepada yang melihatnya sebagai peluang.
Hadirnya Starlink di Indonesia memunculkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap operator seluler. Beberapa melihat potensi ancaman dalam bentuk kompetisi yang lebih kuat, dan lainnya melihatnya sebagai peluang baru untuk meningkatkan kualitas layanan.
Keputusan strategis para operator untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini akan menjadi penentu utama, apakah Starlink akan menjadi ancaman yang merusak atau peluang yang menguntungkan dalam ranah telekomunikasi yang terus berkembang.
Customized landing page features. Organize your top links, showcase your content, and track clicks—all from a single shareable link.